Oleh media-media Barat, Iran diperkenalkan
sebagai negara yang masyarakatnya fundamental dan radikal, bahkan CNN menyebut
mereka sebagai orang-orang yang keras kepala. Namun, ada fenomena menarik yang
jarang diungkap mereka mengenai masyarakat Iran. Bagi yang pernah mengunjungi
Iran, pasti tahu benar fenomena ini. Masyarakat Iran adalah masyarakat yang
begitu gandrung dengan bunga-bungaan.
Ukiran pintu dan dinding-dinding tiap
bangunan, pagar, halte bis, desain papan-papan reklame selalu dengan motif bunga-bungaan.
Saling memberi bunga pun menjadi budaya yang mengakar di dalam masyarakat yang
dipimpin para Mullah ini. Dari ulang tahun, melamar, menyambut kelahiran anak,
menjenguk orang sakit, melayat, menjemput keluarga di bandara atau stasiun
kereta api, bertamu, meminta maaf, mengucapkan selamat dan merayakan hari-hari
penting sudah menjadi kebiasaan untuk saling memberi minimal setangkai bunga.
Murid-murid sekolah di hari guru (bertepatan dengan hari syahidnya Murtadha
Muthahari) membawa setangkai bunga untuk diserahkan kepada gurunya. Di hari Ibu
dan Perempuan (bertepatan dengan kelahiran Sayyidah Fatimah) para suami
berjalan kaki sepulang kerja dengan membawa bunga di tangan. Mereka sengaja
tidak berkendara agar bunga di tangan tetap segar dan tidak rusak ketika
diberikan kepada sang istri. Sementara anak-anak sepulang sekolah
berdesak-desakan di kios-kios penjual bunga untuk membeli setangkai bunga untuk
ibu mereka. Karenanya tak heran, di setiap sudut jalan selalu saja ada kios
penjual bunga.
Sejarahpun menyisakan catatan mengenai bunga
dan perannya dalam revolusi Islam Iran. Revolusi Islam Iran 1979 juga dikenal dengan sebutan "Revolusi Bunga".
Hari itu, rakyat Iran menghadapi kekuatan militer Syah yang memiliki
persenjataan paling lengkap dan personel polisi yang paling mengerikan di dunia
-saat itu- dengan lontaran bunga. Dengan lontaran bunga itulah mereka bisa
memukul mundur militer dan meruntuhkan Dinasti Pahlevi. Sejak dari sinilah,
masyarakat Iran semakin mencintai bunga-bunga dan seolah-olah tidak bisa
melepaskan kehidupannya dengan bunga. Romantisme masyarakat Iran yang
dibahasakan lewat bunga inilah yang jarang diungkap media.
Begitu juga dalam menyambut tahun baru Iran.
Kios-kios penjual bunga menjamur di jalan-jalan. Semacam kewajiban bagi mereka,
memberi ucapan selamat tahun baru sembari menyerahkan bunga. Selain itu,
terdapat beberapa tradisi khusus masyarakat Iran dalam menyambut dan merayakan
tahun baru mereka. Dalam penanggalan Iran
hari tahun baru adalah hari pertama di musim semi (disebut Fasl-e
Bahor) yang setiap tahunnya bertepatan dengan tanggal 21 Maret.
Sistem
penanggalan Iran telah disusun sejak 1725 tahun sebelum Masehi dan terus
mengalami penyempurnaan hingga kini. Dimasa kekhalifaan Islam, kalender Iran mengalami
penyesuaian dengan kalender Islam dan disebut dengan Kalender Hijriyah Syamsi
sebab penentuan tanggal Iran
berdasar pada edar bumi terhadap matahari dan disebut Hijriyah karena
tahun
pertamanya juga dihitung dari hijrahnya Rasulullah saw ke Madinah.
Adanya
perbedaan jumlah hari dalam setahun dengan kalender Hijriyah Qamari
menyebabkan
jalannya tahun pada kalender Iran lebih lambat dan tahun ini baru
memasuki 1394 HS sementara kalender Hijriyah telah memasuki tahun ke
1435.
.
Tradisi menyambut tahun baru (mereka menyebutnya
Nouruuz) dimulai sejak dua-tiga minggu sebelum bulan Esfand (bulan
terakhir dalam penanggalan Iran) berakhir.
Hari-hari itu para ibu disibukkan dengan membersihkan rumah dan berbelanja
hiasan baru untuk rumah mereka. Dengan adanya tradisi ini tentu saja
pengeluaran di akhir tahun juga semakin bertambah, maka umumnya, kantor negara
atau perusahaan di akhir tahun memberikan memberikan bonus atau hadiah tahun
baru. Banyak sesuatu yang harus tersedia dalam prosesi penyambutan tahun baru.
Dalam menyambut detik-detik masuknya tahun baru di hari terakhir tahun yang
akan ditinggalkan, semua anggota keluarga dengan menggunakan pakaian terbaik
mereka -biasanya selalu baru- akan duduk mengelilingi meja makan.
Di atas meja
makan telah tersedia tujuh buah jenis makanan, yang kesemuanya berawalan huruf
sin (abjad Arab). Mereka menyebut makanan tersebut dengan haft-e sin
(tujuh huruf sin) yang merupakan pelambang tujuh kreasi ciptaan Allah yang
harus disyukuri dan dipelihara. Ketujuh makanan tersebut terdiri dari: Serkeh
(cuka) yang bisa mengawetkan makanan melambangkan usia yang panjang dan
kelestarian, Sir (bawang putih) yang melambangkan penyembuh, Samanu (semacam
manisan yang terbuat dari gandum) yang melambangkan kemakmuran, Sib (apel)
melambangkan kecantikan dan kesegaran, Sabzi (sayuran) melambangkan kesuburan
dan kehidupan, Sumac (bumbu yang biasa ditaburkan pada kebab) melambangkan
warna matahari terbit, dan Senjed (buah-buahan kering) yang melambangkan cinta
dan perlindungan.
Yang juga biasanya tersaji di meja makanan
adalah bibit gandum yang sudah tumbuh 4-7 cm di taruh pada keranjang kecil,
cermin, Al Quran, ikan mas hidup dalam toples kaca, lilin, dan telur yang
berwarna warni lebih seringnya berwarna bendera kebangsaan Iran, konon katanya
tradisi ini telah berumur 15.000 tahun. Lilin pelita disimbolkan sebagai lambang
penerangan dan cahaya kehidupan. Cermin merefleksikan masa lalu agar bisa
menentukan rencana apa yang akan dilakukan di masa depan. Bibit gandum biasanya
sesuai dengan jumlah anggota keluarga melambangkan produktivitas. Telur yang
didekorasi dengan warna kebangsaannya melambangkan sentuhan patriotisme. Ikan
mas dalam toples melambangkan hidup yang penuh aktivitas dan gerakan. Terakhir,
Kitab Suci (bagi yang muslim, Al-Qur'an) melambangkan apapun yang mereka
lakukan harus ditujukan hanya kepada Tuhan yang Esa dan berpedoman pada Kitab
Suci.
Ketika pemerintah melalui televisi secara resmi mengumumkan saat
pergantian tahun, maka seluruh anggota keluarga saling berangkulan, mengucapkan
selamat dan saling memberi bunga di antara mereka. Kepala keluarga lalu
membacakan Al Quran dan doa-doa keselamatan. Kemudian dilanjutkan dengan acara
makan bersama, sebagai lambang keharmonisan keluarga mereka. Di Qom, masyarakat
Iran tumpah ruah di halaman kompleks pemakaman Sayyidah Maksumah, mereka
melakukan do'a bersama dalam menyambut tahun baru 1394 HS. Hari-hari
selanjutnya adalah hari saling mengunjungi sanak famili dan handai tolan serta
berekreasi di tempat wisata dan berlangsung selama 12 hari kedepan. Secara
resmi hari-hari tersebut adalah hari-hari libur. Diantara berbagai perayaan
tahun baru di dunia bisa jadi perayaan tahun baru di Iran inilah yang terpanjang.
Di dekat apartemen khusus pelajar luar negeri,
Ogoye Karimi yang biasanya hanya menjual buah dan sayur-sayuran, memanfaatkan
momentum tahun baru dengan menambah usahanya dengan menjual ikan mas dan
pernak-pernik tahun baru. Namun ada yang unik dari jualannya, dia juga menjual
anak ular hidup dan ditaruhnya dalam toples bening. Ketika ditanya anak ular
itu pelambang apa, dia menjawab, "Ini adalah pelambang kreativitas, masa
yang di dalam toples tiap tahun ikan mas melulu". Saya hanya tersenyum,
mungkin Ogoye Karimi lupa, filosofi ikan mas melambangkan kelincahan dan
aktivitas, sedangkan ular cenderung malas bergerak.
Dan terlebih lagi, memandangi ular di meja sajian sangat beresiko, sebab dapat mengganggu selera makan. Tapi itulah tahun baru, bagi masyarakat Iran –setidaknya oleh Ogoye Karimi- harus selalu ada kreativitas yang baru.
Dan terlebih lagi, memandangi ular di meja sajian sangat beresiko, sebab dapat mengganggu selera makan. Tapi itulah tahun baru, bagi masyarakat Iran –setidaknya oleh Ogoye Karimi- harus selalu ada kreativitas yang baru.