Rabu, 30 Desember 2015

Merayakan Tahun Baru di Iran. Dari ulang tahun, melamar, menyambut kelahiran anak, menjenguk orang sakit, melayat, menjemput keluarga di bandara atau stasiun kereta api,

Oleh media-media Barat, Iran diperkenalkan sebagai negara yang masyarakatnya fundamental dan radikal, bahkan CNN menyebut mereka sebagai orang-orang yang keras kepala. Namun, ada fenomena menarik yang jarang diungkap mereka mengenai masyarakat Iran. Bagi yang pernah mengunjungi Iran, pasti tahu benar fenomena ini. Masyarakat Iran adalah masyarakat yang begitu gandrung dengan bunga-bungaan. 


Ukiran pintu dan dinding-dinding tiap bangunan, pagar, halte bis, desain papan-papan reklame selalu dengan motif bunga-bungaan. Saling memberi bunga pun menjadi budaya yang mengakar di dalam masyarakat yang dipimpin para Mullah ini. Dari ulang tahun, melamar, menyambut kelahiran anak, menjenguk orang sakit, melayat, menjemput keluarga di bandara atau stasiun kereta api, bertamu, meminta maaf, mengucapkan selamat dan merayakan hari-hari penting sudah menjadi kebiasaan untuk saling memberi minimal setangkai bunga. 
Murid-murid sekolah di hari guru (bertepatan dengan hari syahidnya Murtadha Muthahari) membawa setangkai bunga untuk diserahkan kepada gurunya. Di hari Ibu dan Perempuan (bertepatan dengan kelahiran Sayyidah Fatimah) para suami berjalan kaki sepulang kerja dengan membawa bunga di tangan. Mereka sengaja tidak berkendara agar bunga di tangan tetap segar dan tidak rusak ketika diberikan kepada sang istri. Sementara anak-anak sepulang sekolah berdesak-desakan di kios-kios penjual bunga untuk membeli setangkai bunga untuk ibu mereka. Karenanya tak heran, di setiap sudut jalan selalu saja ada kios penjual bunga.
Sejarahpun menyisakan catatan mengenai bunga dan perannya dalam revolusi Islam Iran. Revolusi Islam Iran 1979 juga dikenal dengan sebutan "Revolusi Bunga". Hari itu, rakyat Iran menghadapi kekuatan militer Syah yang memiliki persenjataan paling lengkap dan personel polisi yang paling mengerikan di dunia -saat itu- dengan lontaran bunga. Dengan lontaran bunga itulah mereka bisa memukul mundur militer dan meruntuhkan Dinasti Pahlevi. Sejak dari sinilah, masyarakat Iran semakin mencintai bunga-bunga dan seolah-olah tidak bisa melepaskan kehidupannya dengan bunga. Romantisme masyarakat Iran yang dibahasakan lewat bunga inilah yang jarang diungkap media.
Begitu juga dalam menyambut tahun baru Iran. Kios-kios penjual bunga menjamur di jalan-jalan. Semacam kewajiban bagi mereka, memberi ucapan selamat tahun baru sembari menyerahkan bunga. Selain itu, terdapat beberapa tradisi khusus masyarakat Iran dalam menyambut dan merayakan tahun baru mereka. Dalam penanggalan Iran  hari tahun baru adalah hari pertama di musim semi (disebut Fasl-e Bahor) yang setiap tahunnya bertepatan dengan tanggal 21 Maret. 
Sistem penanggalan Iran telah disusun sejak 1725 tahun sebelum Masehi dan terus mengalami penyempurnaan hingga kini. Dimasa kekhalifaan Islam, kalender Iran mengalami penyesuaian dengan kalender Islam dan disebut dengan Kalender Hijriyah Syamsi sebab penentuan tanggal Iran berdasar pada edar bumi terhadap matahari dan disebut Hijriyah karena tahun pertamanya juga dihitung dari hijrahnya Rasulullah saw ke Madinah. Adanya perbedaan jumlah hari dalam setahun dengan kalender Hijriyah Qamari menyebabkan jalannya tahun pada kalender Iran lebih lambat dan tahun ini baru memasuki 1394 HS sementara kalender Hijriyah telah memasuki tahun ke 1435.
Tradisi menyambut tahun baru (mereka menyebutnya Nouruuz) dimulai sejak dua-tiga minggu sebelum bulan Esfand (bulan terakhir dalam penanggalan Iran) berakhir.  Hari-hari itu para ibu disibukkan dengan membersihkan rumah dan berbelanja hiasan baru untuk rumah mereka. Dengan adanya tradisi ini tentu saja pengeluaran di akhir tahun juga semakin bertambah, maka umumnya, kantor negara atau perusahaan di akhir tahun memberikan memberikan bonus atau hadiah tahun baru. Banyak sesuatu yang harus tersedia dalam prosesi penyambutan tahun baru. Dalam menyambut detik-detik masuknya tahun baru di hari terakhir tahun yang akan ditinggalkan, semua anggota keluarga dengan menggunakan pakaian terbaik mereka -biasanya selalu baru- akan duduk mengelilingi meja makan. 
Di atas meja makan telah tersedia tujuh buah jenis makanan, yang kesemuanya berawalan huruf sin (abjad Arab). Mereka menyebut makanan tersebut dengan haft-e sin (tujuh huruf sin) yang merupakan pelambang tujuh kreasi ciptaan Allah yang harus disyukuri dan dipelihara. Ketujuh makanan tersebut terdiri dari: Serkeh (cuka) yang bisa mengawetkan makanan melambangkan usia yang panjang dan kelestarian, Sir (bawang putih) yang melambangkan penyembuh, Samanu (semacam manisan yang terbuat dari gandum) yang melambangkan kemakmuran, Sib (apel) melambangkan kecantikan dan kesegaran, Sabzi (sayuran) melambangkan kesuburan dan kehidupan, Sumac (bumbu yang biasa ditaburkan pada kebab) melambangkan warna matahari terbit, dan Senjed (buah-buahan kering) yang melambangkan cinta dan perlindungan.
 
Yang juga biasanya tersaji di meja makanan adalah bibit gandum yang sudah tumbuh 4-7 cm di taruh pada keranjang kecil, cermin, Al Quran, ikan mas hidup dalam toples kaca, lilin, dan telur yang berwarna warni lebih seringnya berwarna bendera kebangsaan Iran, konon katanya tradisi ini telah berumur 15.000 tahun. Lilin pelita disimbolkan sebagai lambang penerangan dan cahaya kehidupan. Cermin merefleksikan masa lalu agar bisa menentukan rencana apa yang akan dilakukan di masa depan. Bibit gandum biasanya sesuai dengan jumlah anggota keluarga melambangkan produktivitas. Telur yang didekorasi dengan warna kebangsaannya melambangkan sentuhan patriotisme. Ikan mas dalam toples melambangkan hidup yang penuh aktivitas dan gerakan. Terakhir, Kitab Suci (bagi yang muslim, Al-Qur'an) melambangkan apapun yang mereka lakukan harus ditujukan hanya kepada Tuhan yang Esa dan berpedoman pada Kitab Suci. 
Ketika pemerintah melalui televisi secara resmi mengumumkan saat pergantian tahun, maka seluruh anggota keluarga saling berangkulan, mengucapkan selamat dan saling memberi bunga di antara mereka. Kepala keluarga lalu membacakan Al Quran dan doa-doa keselamatan. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama, sebagai lambang keharmonisan keluarga mereka. Di Qom, masyarakat Iran tumpah ruah di halaman kompleks pemakaman Sayyidah Maksumah, mereka melakukan do'a bersama dalam menyambut tahun baru 1394 HS. Hari-hari selanjutnya adalah hari saling mengunjungi sanak famili dan handai tolan serta berekreasi di tempat wisata dan berlangsung selama 12 hari kedepan. Secara resmi hari-hari tersebut adalah hari-hari libur. Diantara berbagai perayaan tahun baru di dunia bisa jadi perayaan tahun baru di Iran inilah yang terpanjang.
Di dekat apartemen khusus pelajar luar negeri, Ogoye Karimi yang biasanya hanya menjual buah dan sayur-sayuran, memanfaatkan momentum tahun baru dengan menambah usahanya dengan menjual ikan mas dan pernak-pernik tahun baru. Namun ada yang unik dari jualannya, dia juga menjual anak ular hidup dan ditaruhnya dalam toples bening. Ketika ditanya anak ular itu pelambang apa, dia menjawab, "Ini adalah pelambang kreativitas, masa yang di dalam toples tiap tahun ikan mas melulu". Saya hanya tersenyum, mungkin Ogoye Karimi lupa, filosofi ikan mas melambangkan kelincahan dan aktivitas, sedangkan ular cenderung malas bergerak.

Dan terlebih lagi, memandangi ular di meja sajian sangat beresiko, sebab dapat mengganggu selera makan. Tapi itulah tahun baru, bagi masyarakat Iran –setidaknya oleh Ogoye Karimi- harus selalu ada kreativitas yang baru.

Jumat, 11 September 2015

SELAMAT ULANG TAHUN KE-18 BUAT MBAK SELVI PITALOKA

“Tawa dan tangis datang silih berganti, menyertai tiap langkah
perjalanan hidupmu, Tanpa terasa sudah bertambah satu tahun usiamu,
Biarkan aku mengiringi kebahagiaanmu di hari ini, Dari hati semoga
abadi, izinkan aku ucapkan segelintir doa dan harapan untukmu, Selamat
ulang tahun, semoga Tuhan senantiasa menyertai setiap langkahmu”

Rabu, 29 Juli 2015



Ada 1,3 Juta Anak Cerdas Istimewa di Indonesia

Indonesia memiliki sekitar 1,3 juta anak usia sekolah yang berpotensi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI) atau kerap disebut 'gifted-talented'. Sayangnya, baru 9.500 (0,7%) anak yang sudah mendapat layanan khusus dalam bentuk program akselerasi/ percepatan.
"Masih sangat banyak siswa CIBI belum memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka," kata Sekjen Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (Asosiasi CIBI) Nasional, Amril Muhammad di Jakarta, Selasa (14/12).

Amril menambahkan seharusnya CIBI perlu mendapatkan akselerasi. Ada dua macam akselerasi yang dapat dilakukan, yaitu akselerasi kontens base dan grade base. Disebut akselerasi kontens jika siswa mampu menguasai bidang ilmu dengan baik. Sementara itu, akselerasi grade jenjang sekolah seperti siswa yang seharusnya sekolah tiga tahun, bisa dipersingkan menjadi dua tahun. "Mereka memiliki kecepatan menyerap lebih dari teman sebayanya," papar Amir.

Perhatian khusus tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tetapi semata-mata untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Untuk program akselerasi misalnya, ini mencakup grade dan konten. Berdasarkan data tahun 2009, dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan khusus bagi anak CIBI.

Ia menyebutkan bahwa sejumlah ciri anak 'gifted-talented' dapat dikenali antara lain dari kecerdasan intelektualnya yang very superior. Seperti, skor IQ (Intelligence Quotient) 130 ke atas, dengan menggunakan skala Wechsler.

Saat ini ada 311 sekolah yang menyelenggarakan CIBI, di seluruh Indonesia dari 22 provinsi, baik sekolah negeri maupun swasta, serta 10 madrasah, dan yang terbanyak di Provinsi Jawa Timur.

Siswa Pintar Dibajak

Siswa CIBI biasanya diambil oleh perguruan tinggi dari negara luar, seperti dari Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat. Sekarang Korea Selatan juga mulai agresif. "Ada sekitar 300 orang lebih bibit unggul kita yang diambil oleh negara luar, karena mereka mampu memberikan iming-iming kesejahteraan melebihi dari kita," kata Amir.

Amril menyebutkan bibit unggul yang diambil itu terutama berada di kota besar seperti Malang, Semarang, Jakarta, Bandung, dan Makassar. Bahkan di Singapura, mereka ditawari bekerja sampai usia 55 tahun, sehingga usia produktifnya habis baru dikembalikan ke Indonesia.

"Nah andaikan kita bisa melakukan yang terbaik untuk mereka, dipastikan Indonesia akan berkembang," katanya.
      
Menurut dia anak pintar dan cerdas ini mendapat beasiswa dari negara asing, terutama jalurnya melalui jalur olimpiade-olimpiade. "Jadi kalau ada lomba olimpiade di luar negeri, kamar anak Indonesia dihampiri oleh agen-agen asing tersebut, untuk ditawari fasilitas dan segala macamnya," terang Amir.

Sementara itu, perguruan tinggi di dalam negeri tidak melakukan pendekatan itu. Untuk menjawab permasalahan pembajakan tersebut perlu seluruh pemangku kebijakan melakukan program yang komprehensif bagi anak-anak berbebutuhan khusus ini.